NYANTRIK PENGGUGAH NURANI: SIMPATI DAN EMPATI
Advanced SearchMerdeka belajar telah banyak digaungkan di berbagai pelosok negeri. Setiap insan penghuni tanah air tidak akan asing dengan kata-kata tersebut. Hanya saja, masyarakat masih banyak yang belum tahu tentang bentuknya nanti seperti apa. Merdeka belajar, yang jelas, bukanlah merdeka untuk tidak melakukan apa-apa, melainkan merdeka dalam menentukan jalan belajar yang akan ditempuh nantinya, sesuai dengan harapan dan keinginan yang sudah diidam-idamkan dan dipersiapkan sejak awal, dalam artian, -seyogyanya- semenjak seseorang itu bisa menentukan jalan hidupnya. Seseorang mampu memilih dan memilah hal-hal baik dan buruk, baik untuk dirinya maupun untuk lingkungannya. Siapkah masyarakat negeri ini dengan hal tersebut?
Banyak sekali hal-hal yang perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan dalam menyongsong hadirnya merdeka belajar ini. Hal tersebut antara lain kesiapan pikiran, perasaan, dan keterampilan seseorang anak-, yang dalam istilah pendidikan diberi istilah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang harus diolah sedemikian rupa sehingga seseorang tersebut benar-benar mampu memahami dan mengerti arti fungsi dari merdeka belajar, terlebih mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting karena untuk bisa menentukan pendidikan yang baik sedari usia dini harus ada seseorang yang mengarahkan atau memfasilitasi untuk menuju proses yang diharapkan. Mengingat setiap anak manusia memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan, pun hak yang sama dalam proses belajar.
Menurut Ki Hajar Dewantara (1977: 20) yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dengan demikian, seseorang diharuskan siap secara jiwa dan raga, fisik dan mental untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu. Sedangkan untuk memahami tentang proses mencapai keselamatan dan memperoleh kebahagiaan itu membutuhkan pengarahan dan pengaruh yang mendalam.
Selanjutnya menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan hal tersebut sebenarnya bisa kita kaji bahwa kompleksitas pendidikan seseorang sudah terwadahi dalam sistem pendidikan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Secara kognitif sudah terwadahi dalam proses pengembangan potensi diri dari segi kecerdasan. Psikomotorik juga telah termaktub dalam sisi pengembangan keterampilan. Sebagian yang lain, mayoritas lebih diutamakan pada sendi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa tuntutan sikap atau pembentukan kepribadian (setidaknya) lebih utama dari aspek yang lain.
Konsep nyantrik di Indonesia pada zaman kerajaan merupakan konsep pendidikan yang sangat populer dan familiar. Hal ini dikarenakan pada konsep tersebut sudah benar-benar dipersiapkan secara matang baik dari segi murid, guru, maupun lingkungan pembentuknya. Hal ini memunculkan manusia-manusia yang cerdas dan mampu bersaing di dunia internasional. Sebut saja Majapahit, secara baik meramu konsep pendidikan sehingga melahirkan kultur sosial dan budaya yang diakui oleh dunia. Konsep pendidikan nyantrik tersebut lebih mengutamakan pada pembelajaran adab, tentang bagaimana seorang manusia itu bersikap kepada manusia lainnya sesuai dengan porsinya. Manusia lebih diajarkan untuk mengerti dan memahami makna saling menghargai dan toleransi, bahwa seseorang harus tetap rendah hati dan mawas diri meski ilmu yang dimiliki telah menjulang tinggi. Konsep nyantrik pada hakikatnya adalah berguru kepada orang yang dianggap ahli atau sang empunya.
Perlu diketahui, nyantrik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang cantrik (dalam bahasa Jawa). Asal kata cantrik yaitu santri, dalam KBBI memiliki arti: orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh. Dengan pemahaman seperti itu, bisa ditafsirkan bahwa seorang santri atau cantrik adalah seseorang yang benar-benar telah mempersiapkan dirinya secara lahiriah dan batiniah untuk menjalani suatu proses pendidikan yang telah terkonsep secara matang. Cantrik atau pelajar sudah mengetahui arah pembelajaran mana yang akan dituju. Secara jelas pula, cantrik sudah bisa menentukan arah masa depannya sesuai dengan keinginan dan cita-citanya. Selain itu, cantrik juga sudah bisa menentukan sikap terkait dengan hal-hal yang akan terjadi nantinya jika prediksi di luar kendali. Semisal jika ternyata pada akhir masa berguru pada empunya hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, dia bisa secara kritis kreatif, tanggap, dan inovatif mengubah jalan belajarnya demi kembali meraih harapan dan cita-citanya.
Ibadah dengan sungguh-sungguh. Hal ini harus mampu diartikan bahwa seorang santri benar-benar menghadirkan dirinya dalam sisi religius yang murni, tanpa ada tendensi keduniawian. Hadir untuk menyerahkan diri kepada Tuhannya. Pasrah dalam arti yang sebenar-benarnya. Hal ini akan mampu mengasah kemampuan sikap religius seseorang dalam menghadapi segala tantangan. Ketika seseorang benar-benar hadir untuk Tuhannya, maka dia tidak akan pernah merasa angkuh. Seseorang akan tergugah nuraninya, yaitu rasa simpati dan empatinya terhadap makhluk lain di sekitarnya. Dia tidak akan melakukan suatu perbuatan yang negatif atau merugikan baik dirinya maupun lingkungannya. Contoh: seorang santri yang sesungguhnya pasti akan mengenakan pelindung kepala (helm) ketika mengendarai kendaraan bermotor. Hal tersebut harus disadari bahwa fisik yang dimiliki seseorang merupakan pemberian Tuhan yang wajib dijaga. Apabila lalai, maka patut diragukan kesantriannya, bahkan tujuan dari belajarnya.
Untuk mencapai proses pemahaman semacam itu, pasti akan ditemukan kendala-kendala yang cukup berarti. Sebagai seseorang yang belajar, maka cantrik atau pelajar wajib menemukan atau menciptakan solusi-solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, baik secara individu maupun kelompok. Aspek pengetahuan dan keterampilan merupakan aspek yang sangat mudah diperoleh karena bersifat mendasar dan cenderung personal individual. Hal yang paling mungkin besar bersinggungan adalah terkait dengan aspek afektif atau sikap karena bersinggungan dengan ranah sosial dan spiritual; apakah seseorang itu bisa berbuat bijak atau bahkan teledor; apakah seorang cantrik itu bisa menafsirkan arahan dari gurunya atau tidak; dan apakah seorang cantrik itu bisa menebarkan kebajikan berdasarkan hasil yang didapatkan selama dia belajar kepada gurunya atau bisa jadi menyesatkan orang lain. Karena itu, dengan menghadirkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan, dan kemudian para pelajar atau cantrik itu berusaha untuk menciptakan solusi-solusi terhadap permasalahan yang ada, hadir secara penuh dan fokus pada segala aspek baik segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, akan mampu mengasah seluruh kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena itu, konsep pembelajaran nyantrik ini perlu diambil akar positifnya agar mampu berdaya guna dan berhasil guna sehingga mampu menghasilkan manusia-manusia berdaya saing tinggi dalam segi kecakapan hidup. Konsep nyantrik merupakan konsep pendidikan yang sesuai untuk diterapkan di tanah air karena benar-benar mengutamakan pembelajaran bermakna sesuai dengan kapasitas tiap individu dan mengusung serta mengasah kemampuan masing-masing pelajar sesuai dengan bakat, minat, dan keinginannya tanpa meninggalkan unsur kebudayaan yang menaunginya. Dengan menghadirkan secara penuh jiwa dan raga, lahir dan batin, konsep nyantrik akan menghadirkan lulusan-lulusan yang berdikari, tanggap, kritis, kreatif, dan inovatif. Nyantrik akan melahirkan manusia-manusia yang simpatik, empatik, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Nyantrik akan mengusung para manusia yang solutif terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
Oleh: Andrean Fahreza Nur Wicaksana, S.Pd.
Informasi
Akses Katalog Publik Daring - Gunakan fasilitas pencarian untuk mempercepat penemuan data katalog